Dingin Dalam Terang

--

Photo by ch3rryflwr on Pinterest

Gelap dan terang bagi Puan tiada beda.
Angin sendalu di siang hari
Masih kembali dingin, bungkus kulitnya yang kencang.
Segala yang ia rasakan dingin,
Mata hatinya pun dingin tawar rasa.

Masihlah sama, dingin berkalut hingga mati rasa.
Di siang terang ia mengamati puisinya,
masih mempertanyakan kapan malam akan berterus terang.

Sedang lelaki lain rutin memperhatikannya,
Bertanya, “Oh Nona, siapa Tuan itu?
Siapa ia yang membuatmu bersendu?
Siapakah wira yang kau tuangkan dalam puisi-puisi indahmu?
Beruntunglah dia.”

Sedang jiwanya semakin mendingin,
lelaki itu berkata, “Ayo pulang.
Aku yang akan membangun rumah baru untukmu.
Aku akan menjadi rumahmu.
Aku yang akan kau panggil Tuan.
Akulah Tuan sejatimu.”

“I may be able to include you in poetry, but I can’t force you to love me. Only if you know, how much I want to know your true feelings for me.”

©️ Serenity dè Swan, 2024.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Serenity dè Swan
Serenity dè Swan

Written by Serenity dè Swan

An ink-stained dreamer weaving worlds with words. Let my pen be the voice of my soul, whispering tales of love, longing, and the beauty found in brokenness.

No responses yet

Write a response